Filter

Urutkan:

Terlaris

76 barang

Rp5.500

Terjual 15

Jakarta Timur Titian Bayu

Rp14.500

Rp24.900 -42%

Terjual 22

Jakarta Barat Panda Global

Jangan Ragu Dengan Ragi

Apakah kalian masih suka mendengar bahwasanya ada sebagian orang yang merasa ragu terhadap penggunaan ragi? Bahkan menganggap bahwa menggunakan ragi adalah suatu resiko yang besar. Hal tersebut sampai membuat mereka enggan berkreasi dengan aneka roti karena harus berurusan dengan ragi. Ya, bisa dikatakan memang jika ragi tidak diolah dengan baik, kalian bisa membuat hasil roti jadi bantat atau tidak mengembang. Meskipun demikian, pada kenyataannya, penggunaan ragi yang tepat tidak akan semenakutkan itu. Bahkan, jika kalian benar-benar mengikuti cara yang benar dari mulai penyimpanan, pemakaian, tes ragi sebelum dipakai sebagai antisipasi, akan menghasilkan roti yang mengembang sempurna. Untuk itu, supaya terhindar dari phobia terhadap ragi, ada baiknya kalian mengenal ragi lebih jauh lagi, agar tidak terjadi kesalahan saat mengolahnya.

Mengenal Karakter Ragi

Sebelum mengenal ragi lebih jauh, perlu diketahui bahwa ragi itu sendiri merupakan salah satu jenis spesies jamur yang nama latinnya adalah Saccharomyces Cerevisiae dan biasanya diolah untuk ragi pada roti. Saat dicampurkan dalam adonan roti, jamur tersebut akan mendorong proses fermentasi, sehingga terjadi proses mengembang.

Akan tetapi, sebelum ragi dicampurkan ke dalam adonan, sebaiknya kita memastikan terlebih dahulu kalau ragi tersebut masih aktif. Terutama pada ragi yang sudah pernah dipakai sebelumnya dan kemasannya sudah tidak tersegel seperti semula. Untuk cara memastikan keaktifan ragi, kita hanya perlu melarutkan ragi ke dalam air hangat yang sudah dicampur dengan gula secukupnya. Tunggu selama 5 sampai 10 menit, dan perhatikan apakah permukaan ragi tersebut timbul banyak buih atau gelembung. Jika ya, tandanya ragi masih dalam kondisi aktif dan bisa untuk dipakai, jika lebih dari 10 menit permukaan masih sama saja seperti air biasa tanpa adanya gelembung atau buih, tandanya ragi sudah tidak aktif, dan sebaiknya menggunakan ragi baru untuk membuat adonan.

Untuk mencegah kerusakan pada ragi setelah pemakaian, jika ragi masih tersisa dalam kemasan, maka sebaiknya tutup rapat-rapat kemasan tersebut dan masukan ke dalam toples kedap udara lalu pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam kemasan tersebut.

Jenis Ragi Yang Perlu Diketahui

Ragi itu sendiri memiliki beberapa jenis yang biasanya dijumpai di pasaran dengan berbagai jenis. Pada umumnya, ragi dibedakan berdasarkan bentuk dan juga kadar dari kelembabannya. Perlu diketahui bahwa, semakin tinggi kadar kelembaban pada ragi, maka artinya masa tahan ragi tersebut semakin pendek. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa jenis ragi yang perlu dikenali:

Ragi ini bisa dikatakan sebagai ragi “jadul” dibandingkan ragi yang lainnya. Teksturnya halus, berbentuk balok yang terbungkus aluminium dan padat, kurang lebih seperti kaldu blok. Dari jenis ragi yang lainnya, ragi ini sangat mudah sekali mati atau tidak aktif. Masa hidup dalam suhu ruangnya kurang lebih selama 2 hingga 3 hari. Oleh sebab itulah, ragi ini semakin jarang ditemukan di pasaran karena masa aktifnya yang pendek tersebut.

Jika dibandingkan dengan ragi basah, ragi kering aktif ini memiliki daya tahan yang lebih lama dan bahkan bisa mencapai satu tahun jika disimpan pada suhu ruangan. Bentuk dari ragi ini seperti butiran kasar, dan ragi ini perlu diaktifkan sebelum dicampurkan ke dalam adonan. Cara mengaktifkannya sendiri ialah sama seperti pengecekan ragi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu dengan melarutkan ragi, gula dan air hangat dan didiamkan selama 5 sampai 10 menit, jika ragi sudah aktif dengan tanda adanya gelembung atau buih, maka ragi sia dicampurkan ke dalam adonan.

Jika kalian melakukan pencarian ragi instan dalam e-commerce atau lainnya, maka kalian akan menemukan berbagai macam merk ragi instan dalam kemasan yang terkenal di Indonesia. Ragi instan ini memiliki bentuk butiran yang lebih kecil dari ragi kering aktif. Akan tetapi, mengenai daya tahannya, ragi instan cenderung lebih cepat mati dibandingkan ragi kering aktif. Oleh sebab itu, penyimpanan setelah pakai pada ragi instan harus lebih rapi, agar tidak ada celah udara masuk dan sebaiknya disimpan dalam wadah yang kedap udara. Untuk pemakaian ragi jenis ini, kalian tidak perlu melarutkannya terlebih dahulu. Ragi bisa langsung dimasukan ke dalam adonan, karena ragi ini memang lebih mudah aktif dibandingkan jenis ragi yang lain.

Peran Ragi Pada Roti

Salah satu hal penting lain yang perlu diketahui dari ragi adalah perannya dalam sebuah adonan roti. Sebab, jika kita mengetahui hal tersebut, tentu kita akan menjadi lebih berhati-hati dan benar-benar mengolahnya dengan baik untuk membuat hasil olahan roti sempurna. Berikut adalah penjelasan mengenai peran ragi tersebut:

Karbondioksida dihasilkan pada saat adonan telah tercampur dengan ragi dan gula, kemudian terjadi proses fermentasi, dari hasil fermentasi tersebut adonan akan naik dan mengembang, sehingga membuat bentuknya lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Hal tersebut terjadi karena ada reaksi dari ragi yang menghasilkan alkohol dan juga asam protein pada tepung terigu. Selain itu, gas karbondioksida yang timbul juga mampu meregangkan kandungan protein yang ada pada tepung terigu. Dengan demikian, hasil roti menjadi lembut, terdapat rongga udara yang timbul akibat dari hasil proses fermentasi ragi tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ragi meninggalkan rasa yang khas dalam produk olahannya. Hal tersebut dikarenakan, ketika proses fermentasi pada adonan, ragi memproduksi berbagai metabolit sekunder seperti alkohol tinggi, asam organik, ester, keton dan aldehid. Akan tetapi, kandungan alkohol akan menguap dengan sendirinya saat proses pemanggangan, dan zat lainnya akan bereaksi satu sama lain, dan menghasilkan rasa yang lebih kompleks. Biasanya reaksi rasa tersebut akan menempel pada kerak roti.

Ketika adonan masih berupa tepung dan air yang diuleni, maka adonan tersebut akan menjadi kalis elastis dan tidak lengket, hal tersebut ialah gluten. Ketika membuat roti, gluten akan dikembangkan menjadi lebih besar dibanding bentuk semula. Saat itu ragi berfungsi untuk mengikat gluten dan memperkuat adonan tersebut ketika dikembangkan. Jika kandungan gluten semakin banyak dalam tepung terigu, maka adonan roti yang dihasilkan akan semakin baik bahkan kerja ragi pun akan semakin maksimal.

Kesalahan Menggunakan Ragi

Penting untuk diketahui bahwa sebetulnya bukan ragi yang menakutkan, akan tetapi bagaimana cara kita mengolahnya agar tepat, karena bagaimanapun ragi merupakan bahan pengembang yang aktif atau hidup, sehingga memang dalam pemakaiannya kita harus cermat agar ragi dapat mengembang dengan sempurna. Semakin lama dibiarkan mengembang, maka rasa dan tekstur roti akan semakin bagus, namun jika terlalu lama juga ragi bisa mati dalam suhu ruang. Hal tersebut bisa dilihat dari adonan yang tiba-tiba mengempis dan keras saat disentuh, bahkan saat dipanggang roti akan terasa berat dan alot saat digigit.

  • Ragi Basah / Padat (Compressed Yeast)
  • Ragi Kering Aktif / Koral (Active Dry Yeast)
  • Ragi Instan (Instant Yeast)
  • Memproduksi Karbondioksida
  • Menjadi Sumber Pematangan Adonan
  • Mengembangkan Rasa Saat Fermentasi
  • Memperkuat Adonan Roti

{{show ? 'Sembunyikan' : 'Selengkapnya'}}