Urutkan:
Terlaris
2.983 barang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisional memiliki arti sikap dan cara berpikir serta bertindak dengan selalu berpegang teguh kepada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Permainan tradisional dapat diartikan sebagai suatu hasil budaya masyarakat yang tumbuh dan hidup hingga saat ini, permainan hasil karya nenek moyang yang dilakukan dengan suka rela dimana permainan tersebut dimainkan dengan menggunakan bahasa maupun ciri khas dari suatu daerah masing-masing.
Dengan berbagai keberagaman hal di Indonesia, banyak permainan tradisional yang memiliki variasi berbeda di seluruh negeri karena telah tercampur dengan adat istiadat setempat. Hal-hal utama dimana semua permainan tradisional ini memiliki kesamaan yaitu membuat masyarakat senang dan terhibur, menjadikan anak-anak tetap aktif dan belajar, dan mereka lebih asyik menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Permainan tradisional ada yang menggunakan bantuan alat untuk dapat bermain, ada juga yang tanpa perlu menggunakan alat bantu. Contoh yang menggunakan alat yaitu ada permainan gundu (kelereng), enggrang, congklak, lompat tali dan lain-lain. Contoh permainan tanpa alat bantu adalah petak umpet, gerobak sodor, benteng, ular naga dan lain-lain. Semua permainan tersebut dilakukan oleh anak-anak bersama teman-temannya dengan hati senang dan riang gembira.
Namun seiring dengan berjalannya waktu dan teknologi yang semakin canggih, membuat eksistensi permainan tradisional menjadi semakin pudar. Anak anak kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan barang barang elektronik terkini seperti bermain game di gadget, di console permainan, hingga bermain di tempat hiburan yang tersedia di pusat perbelanjaan atau hiburan di berbagai lokasi.
Sebelum adanya teknologi yang canggih seperti sekarang ini, masyarakat Indonesia telah disuguhi oleh beberapa macam permainan tradisional yang sangat populer di masanya. Berikut beberapa contoh mainan yang sangat terkenal pada masanya :
Permainan kartu gambar atau biasa disebut dengan istilah gambaran sangat populer di kalangan anak-anak generasi tahun 90an. Bermain gambaran ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang memainkannya dengan cara tepukan, yaitu permainan dilakukan oleh dua pemain dengan cara menepukkan kartu gambaran yang ada di tangannya masing-masing dengan gambaran yang ada ditangan lawan. Pemenang akan ditentukan dari kartu siapa yang jatuh setelah ditepuk. Jika salah satu kartu pemain menghadap ke atas dan kartu lawan menghadap ke bawah maka pemenangnya adalah pemain yang kartunya menghadap keatas. Jika kedua gambaran sama-sama menghadap ke atas atau sebaliknya ke bawah maka permainan seri atau imbang.
Kelereng adalah permainan tradisional yang memiliki bentuk bulat dan terbuat dari kaca, tanah liat atau agate. Ukuran kelereng pada umumnya mempunyai diameter ½ inci atau 1,25 cm dari ujung ke ujungnya. Kelereng dapat dijadikan sebagai alternatif permainan anak yang memiliki nilai rekreatif, edukatif, dan kompetitif.
Cara bagaimana bermain kelereng yaitu sebagai berikut:
Congklak adalah salah satu jenis permainan tradisional yang menggunakan papan kayu , biji congklak atau batu-batu kecil sebagai alat bantunya. Terdapat 16 buah lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua sisi papan congklak. Di setiap sisi pemain terdapat masing-masing 7 lubang kecil dan lubang besar yang terletak di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
Saat awal permainan setiap lubang kecil masing-masing diisi dengan tujuh buah biji. Salah seorang yang memulai permainan terlebih dahulu dapat memilih lubang yang akan diambil dan meletakkan satu biji ke lubang di sebelah kanannya dan seterusnya berlawanan arah sesuai jarum jam. Bila biji telah habis di lubang kecil yang berisi biji lainnya, pemain dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi lubang selanjutnya. Bila biji telah habis di lubang besar miliknya, maka dia dapat melanjutkan dengan memilih lubang kecil di sisinya. Kemudian bila habis di lubang kecil pada sisinya, maka pemain berhenti dan mengambil semua biji di sisi yang berhadapan. Tetapi jika berhenti di lubang yang kosong dan adanya di sisi lawan, maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa. Permainan dianggap berakhir jika sudah tidak ada biji lagi yang dapat diambil (seluruh biji ada di lubang besar milik kedua pemain). Dan pemenangnya adalah pemain yang mendapatkan biji terbanyak.
4. Adu Biji Karet
Permainan tradisonal ini bukan hanya sekadar permainan biasa, namun dapat juga menjadi sebuah kebanggaan bagi yang memainkannya. Biji siapa yang paling kuat dan tidak terkalahkan, dialah yang disegani dan ditakuti oleh lawan-lawannya. Cara bermain biji karet ini sangat mudah. Kedua pemain mengawali dengan suit untuk menentukan siapa yang menang, untuk pemenang suit dia yang jalan terlebih dahulu. Dan bagi pemain yang kalah suit, dia harus merelakan biji karetnya ditaruh dibawah biji karet pemain yang menang suit tadi. Kemudian biji karet itu ditumbuk atau dipukul ataupun dihentakkan dengan telapak tangan bagian bawah si pemain yang tadi menang suit. Dan jika bijinya belum ada yang pecah dari salah satu diantara kedua pemain, mereka bergantian menumbuk biji karetnya masing-masing hingga salah satu dari biji karet tersebut ada yang pecah, dan yang biji karet yang pecahlah yang kalah.
Gasing atau gangsing
Gasing atau biasa disebut gangsing adalah mainan yang dapat berputar pada poros dan memiliki keseimbangan pada suatu titik. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun saat ini banyak juga gasing yang dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu tersebut diukir dan dibentuk sampai menjadi badan gasing. Tali gasing umumnya sekarang dibuat dari bahan nilon, sedangkan tali gasing yang masih tradisional terbuat dari kulit pohon.
Cara bermain permainan ini adalah gasing dipegang di tangan kiri, sedangkan tali dipegang oleh tangan kanan. Lilitkan atau putar-putar tali pada gasing, mulai dari bagian atas sampai badan gasin, lilit yang kuat, setelah selesai lemparlah gasing kearah tanah. Gasing yang dilempar ke tanah akan berputar untuk beberapa waktu. Semakin lama putaran gasing akan semakin memelan hingga akhirnya badan gasing jatuh ke permukaan tanah dengan sendirinya
Semoga dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, tidak membuat generasi-generasi milenial saat ini melupakan mainan-mainan tradisional. Karena banyak sekali nilai-nilai positif yang dapat diambil dari permainan tradisional seperti budaya kerjasama, bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar, memupuk sifat jujur, percaya dengan teman, melatih ketangkasan dan masih banyak hal lainnya yang tentunya sulit untuk dijumpai saat anak anak bermain permainan masa kini seperti gadget dan console.
{{show ? 'Sembunyikan' : 'Selengkapnya'}}